sekolah lapang

sekolah lapang

Selasa, 21 Februari 2012

SL SRI MT 1 TAHUN 2011/2012 KABUPATEN PURWOREJO

SL SRI wironatan
Memasuki MT1 tahun 2011/2012 kegiatan SRI mulai memasuki tahap SL ( Sekolah lapang ), adapun daerah-daerah yang melakukan SL antara lain Desa Brondong, Desa kebonsari, Desa Jenarlor, Desa Wironatan, dan Desa Cengkawak. rata-rata di setiap desa tidak lupa melibatkan peran kaum perempuan, dan disetiap desa mempunyai topik permasalahan yang berbeda.
Desa wironatan contohnya, masalah atau kendala yang dihadapi dalam menanam padi dengan system SRI adalah kekurangan BO (Bahan Organik) sehingga tanaman kurang berkembang dengan baik, tidak hanya itu pengaturan air pun menjadi kendala bagi para petani di desa Wironatan dan dalam SL SRI 22/01/2012 selain membahas masalah tadi, para petani juga membahas tentang ekosistem yang ada dilahan.
SL SRI Desa Brondong
Jika di Desa Wironatan permasalahanya adalah kekurangan BO maka berbeda lagi dengan kendala yang ada di Desa Brondong kec. Purwodadi. Rata-rata  tanaman di Desa Brondong tumbuh dengan normal, hanya saja ada cerita menarik dari salah satu petani, Bu Sartono salah satu petani yang mencoba menanami sebagian lahannya dengan cara tanam SRI, akan tetapi karena lahannya berada di atas saluran pembuangan maka lahan tersebut lebih banyak kering, sehingga untuk mengairi sawahnya bu Sartono harus menimba dari saluran pmbuangan tersebut minimal 2 hari sekali, dan dalam pengaplikasian MOL bu Sartono tidak menggunakan alat semprot. tapi menggunakan kaleng biskuit yang dibolong menggunakan paku di badian bawahnya, alhasil pada saat SL SRI di Desa Brondong (08/01/2012) bu Sartono Terkejut karena walaupun tanamannya terlihat masih sangat jarang dan renggang tapi setelah dihitung anakannya bisa mencapai 55 batang di umur tanaman 20HST sedang kan disawah sebelahnya yang di tanami konvesional walaupun tanamanya terlihat rapat tetapi dalam 1 rumpun hanya ada 25 batang. SL ini juga di hadiri petani pelaku dari desa lain diantaranya Desa Jenarlor, Desa popongan, dan Desa Purwosari, dan juga dalam SL ini juga membuat RTL untuk SL SRI di Desa Jenar lor dan Purwosari.
SL Desa Jenar lor
Menindaklanjuti RTL yang dibuat pada saat SL SRI di Desa Brondong maka Desa Jenarlor mengadakan SL SRI pada tanggal 15/01/2012 dengan agenda kegiatan mencari telur serangga, akan tetapi berhubung pada saat itu rata-rata telur serangga sudah menetas maka kegiatan dialihkan ke peninjauan lahan dan identifikasi masalah, lahan yang dikunjungi antara lain lahan milik pak Wiknyo, pak Kusyadi, pak Juwardi, dan bu Marsinem. Rata-rata permasalahn yang terjadi di lahan adalah masalah anakan yang kurang satelah ditelusuri ternyata penyebab kurangnya anakan dikarenakan petani pelaku SRI di Desa Jenarlor tidak mnggunakan MOL tunas pada masa Vegetatif, akan tetapi dikarenakan rata-rata tanaman sudah habis masa vegetatifnya maka cara yang bisa ditempuh adalah memaksimalkan anakan yang ada agar bisa menjadi batang produktif, diantara lain dengan cara mengeringkan lahan dan menyemprotkan MOL buah.
SL SRI desa Kebon Sari
kegiatan SL SRI pun berlanjut ke Desa Kebon Sari kec. Purwodadi pada tanggal 07/02/2012 dengan agenda kegiatan yaitu menghitung anakan produktif, rata-rata anakan produktif yang ada 22  anakan. dan pada tanggal 19/02/2012 Desa Cengkawak kec. Banyuurip pun melaksanakan SL SRI di lahan uji coba milik kelompok tani "MAKMUR RAHAYU" yang di ketuai oleh Bp Harsoyo, permasalahan diDesa Cengkawak ini sedikt berbeda karena menanam padinya bukan di lahan basah melainkan dilahan kering, tentu saja kendala yang dihadapi lebih banyak. Dari pengairan sampai kebutuhan kompos yang harus diberikan ke lahan, ditambah lagi lahan yang ditanami merupakan tanah bongkoran yang di sulap menjadi lahan ujicoba, dan ditanami padi dengan cara SRI. lahan ini dibagi menjadi 3 bagian, 1 diantaranya menggunakan kompos dan yang 2 bagian menggunakan 
SL SRI Desa Cengkawak
kompos dan terlihat sekali perbedaanya, lahan yang menggunakan kompos tanamanya lebih hijau dan bisa menghasilkan anakan rata-rata diatas 7 sedangkan yang menggunakan pupuk kimia tidak mengeluarkan anakan. demikianlah rangkaian-rangkaian SL SRI di kabupatan Purworejo, SL SRI ini diadakan dengan tujuan belajar bersama, mendiskusikan permasalahan-permasalahan dilahan dan mengajak petani menjadi ahli dilahanya sendiri, agar petani mengerti apa yang dibutuhkan lahan dan bisa menanam padi secara sehat dan membangun ekosistem yang ada dilahan, sehingga mendapatkan hasil panen yang memuaskan. ( hendro- jenarkidul)

KOMPOS VS PUPUK KIMIA








Masih dari desa Cengkawak rejo kec. Banyuurip kab. Purworejo dilahan uji coba kelompok tani “ MUKTI RAHAYU “. Lahan ujicoba yang berasal dari tanah bongkoran kemudian diolah dan dibuat  menjadi 3 bedeng dan ditanam dengan system SRI. Dikarenakan kurang tersedianya kompos maka hanya 1 bedeng yang di beri kompos dan yang 2 bedeng diberi pupuk urea dan phonska setelah berumur 20HST perbedaanya terlihat mencolok sekali tanaman yang menggunakan kompos terlihat lebih hijau dan mampu menghasilkan anakan rata-rata diatas 7, sedangkan tanaman yang menggunakan pupuk kimia  hanya berkembang tumbuh keatas, warna hijaunyapun kalah dengan tanaman yang menggunakan kompos bahkan tanaman yang menggunakan pupuk kimia cenderung tidak mengeluarkan anakan. (hendro-jenarkidul)

BUKAN TANAMAN AIR TAPI MEMBUTUHKAN AIR

 

Adalah pak Harsoyo sebagai ketua kelompok tani “MUKTI RAHAYU“ desa cengkawak rejo kec. Banyuurip kab. Purworejo yang mengajak anggota kelompoknya untuk mengolah lahan  yang tadinya berupa lahan bongkoran menjadi lahan untuk laboratorium petani. Lahan tersebut dibuat 3 bedeng dan ditanami padi dengan system SRI dengan pengairan dari pompa dan air hujan. Ternyata tanaman padi tersebut dapat hidup dan tumbuh.
Akan tetapi bukan berarti menanam padi di lahan kering tanpa kendala, pada minggu-minggu awal setelah tanam tanaman padi belum dapat berkembang dengan baik setelah dilakukan SL SRI yang pertama (11/02/2012) dan mendapatkan kesimpulan bahwa lahan tersebut perlu ditambahkan kompos. karena saking semangatnya para anggota kelompok tani “MUKTI RAHAYU“ langsung mengaplikasikan kompos di lahan, satelah diamati dalam jangka waktu 1 minggu dan diadakan SL SRI  yang kedua (19/02/2012) tumbuhan padi mulai terlihat berkembang, dan pada umur 20 HST sudah beranak sampai 11 batang. Ternyata benar tanaman padi bukanlah tanaman air akan tetapi membutuhkan air yang cukup tutur pak Harsoyo.