sekolah lapang

sekolah lapang

Minggu, 27 Maret 2011

JARINGAN PETANI PELAKU SRI ORGANIK


Pembelajaran Ekologi Tanah dan Praktek SRI Organik dikenal oleh beberapa petani Purworejo waktu mengikuti pembelajaran ini di Indramayu Jawa Barat tanggal 10 - 14 Agustus 2003. Metode pembelajaran ekologi tanah dan praktek SRI Organik ini kemudian dikembangkan untuk memperbaiki metode pembelajaran pertanian organik yang sudah dijalankan sejak tahun 1997 terutama di wilayah Kecamatan Purwodadi dan Ngombol.
Tanggal 12 - 16 Oktober 2003 kelompok tani lestari desa Ringgit mengadakan Pembelajaran Ekologi Tanah (PET) dan SRI dengan mengundang nara sumber Pak Alik Sutaryat (AOSC) dari Ciamis Jawa Barat. Pembelajaran ini juga menjadi awal terbentuknya pemahaman baru tentang pertanian organik dan bergabungnya teman-teman petani organik di Purworejo dengan jaringan yang lebih luas untuk mengembangkan Pembelajaran Ekologi Tanah dan SRI Organik.
Pemahaman praktek pembelajaran ekologi tanah dan SRI Organik beberapa petani terus terasah lewat kegiatan-kegiatan jaringan yang diikuti. Tahun 2007 muncul kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas petani untuk mengembangkan pembelajaran. Menjawab kebutuhan ini bulan November 2007 sepuluh orang petani mengikuti ToT PET SRI di Lakbok Ciamis selama 10 hari dan dipandu Pak Alik Sutaryat.
Sepulang ToT PET SRI kepercayaan diri petani pelaku SRI Organik mulai tumbuh namun belum juga berani untuk mengadakan pembelajaran sendiri. Sekali lagi kami mengundang Pak Alik Sutaryat untuk menemani teman-teman petani mengadakan pembelajaran di desa Mendiro Kecamatan Ngombol pada 12 - 14 Agustus 2008. Dan pada tahun ini, tanggal 20 - 21 Oktober 2008 petani pelaku SRI Organik Purworejo diundang dalam Workshop Nasional SRI di Auditorium Deptan Jakarta.
4 orang petani yang berangkat dalam Workshop ini mendapat kesempatan bertemu direktur PLA Deptan waktu itu Ir. Suhartanto dan mengundang beliau datang di Purworejo. Dan pada tanggal 26 - 27 Januari 2009 Ir. Suhartanto menepati janji menghadiri Lokakarya Petani Pelaku dan Pengembang SRI Organik yang diadakan di desa Mendiro dan desa Ringgit.
Setelah lokakarya ini petani pelaku SRI Organik mulai berani menyelenggarakan PET SRI Organik secara mandiri. Pembelajaran pertama dilaksanakan di desa Ketangi Purwodadi pada bulan Februari 2009. Pembelajaran ini kemudian diikuti pendampingan praktek SRI Organik dengan Sekolah Lapang Ekosistem selama satu musim tanam.
Pengalaman petama ini menjadi pijakan pengembangan metode pembelajaran ekologi tanah dan pendampingan praktek SRI Organik. Sampai saat ini teman-teman petani sudah melaksanakan pembelajaran sebanyak 19 kali baik secara mandiri maupun dengan dukungan pihak-pihak yang peduli termasuk pemerintah. Dan saat ini jaringan petani pelaku SRI Organik Kabupaten Purworejo memiliki setidaknya 10 orang petani yang memiliki kemampuan untuk mendampingi pembelajaran ekologi tanah dan praktek SRI Organik.
Sedangkan jaringan petani pelaku SRI Organik menjangkau 7 kecamatan dari 16 kecamatan di Kabupaten Purworejo. Jumlah petani yang aktif dalam praktek SRI Organik dan masih terus terhubung dalam komunikasi jaringan ada 85 orang petani.

3 komentar:

  1. Para Petani Pelaku SRI Organik,

    Sangat menarik dan mengundang decak kekaguman apa yang Saudara-saudari lakukan (perjuangkan) dengan senyuman ini. Saya (seperti saudara-i sadari)meyakini dilakukan oleh sedikit orang tidak sama dengan tidak baik. Mentalitas yang terlahir dari budaya instan memang sulit melihat, memahami dan menerapkan dalam praktek apa yang Para Petani Pelaku SRI Organik telah hidupi.
    Terus maju, dari kejauhan kami mendukung Para Petani Pelaku SRI Organik: anda semua cerdas dan daya pikirnya sungguh mletik !

    salam dukungan dari Tegal,
    Fransiskus Widyantardi Pr
    Paroki Hati Kudus Yesus Tegal

    BalasHapus
  2. terima kasih, o ya sapi yang dipelihara di ketangi (sumbangan dari Tegal, sebagian besar) saat ini 3 sudah beranak, 1 bunting 7 bulan dan 1 lagi bunting 5 bulan ....

    BalasHapus
  3. Mengagumkan! Sebuah praktik pelaksanaan atas keilmuan pertanian terpadu, membangun mind set berwawasan masa depan, membangun kehidupan yang ramah lingkungan tanpa harus meletakkan teknologi di atas segala-galanya. Semoga budaya konstruktif ini memberikan manfaat di bidang-bidang lainnya. Amin!

    BalasHapus